Generasi Z dan Dilema Teknologi: Mencintai Drone tapi Tak Ingin Perang
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknologi. Mereka tumbuh di era internet cepat, media sosial, dan berbagai inovasi yang terus berkembang. Salah satu teknologi yang menarik perhatian generasi ini adalah drone.
Drone, atau pesawat tanpa awak, dulunya hanya dikenal dalam konteks militer. Namun kini, drone sudah menjelma menjadi alat multifungsi yang digunakan dalam banyak bidang, mulai dari hobi fotografi udara, pembuatan film, pengiriman barang, hingga pertanian. Generasi Z sangat menyukai drone karena kecanggihannya, kemampuannya menjelajahi tempat-tempat sulit dijangkau, dan tentu saja karena tampilannya yang futuristik.
Namun, di balik kekaguman itu, muncul satu dilema yang sering dirasakan: teknologi drone yang mereka sukai juga digunakan dalam peperangan. Banyak drone militer kini dipakai untuk serangan jarak jauh, pengintaian, hingga pengeboman tanpa pilot. Fakta ini membuat sebagian besar Gen Z merasa tidak nyaman.
Generasi ini tumbuh dengan nilai-nilai yang cenderung damai, terbuka, dan peduli terhadap isu kemanusiaan. Mereka melihat teknologi sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menciptakan konflik. Di sinilah letak dilema mereka—di satu sisi kagum dengan kemampuan drone, tapi di sisi lain tidak setuju jika teknologi tersebut digunakan untuk tujuan destruktif.
Sebagian dari mereka memilih untuk memanfaatkan drone dalam kegiatan positif. Banyak yang menjadi konten kreator yang menggunakan drone untuk membuat video pemandangan alam atau dokumentasi sosial. Ada juga yang tertarik pada pengembangan teknologi drone untuk bencana alam, seperti membantu pencarian korban atau pengiriman bantuan ke lokasi sulit.
Gen Z juga aktif menyuarakan pendapat mereka melalui media sosial. Mereka tidak segan untuk mengkritik kebijakan atau perusahaan yang menggunakan teknologi drone untuk kepentingan perang. Kesadaran ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sekadar pengguna teknologi, tapi juga pemikir kritis yang peduli terhadap dampaknya.
Lebih jauh lagi, banyak anak muda dari generasi ini mulai tertarik untuk terlibat dalam pengembangan teknologi secara etis. Mereka ingin memastikan bahwa inovasi teknologi, termasuk drone, diarahkan untuk menciptakan manfaat bagi kehidupan, bukan sebaliknya. Ini terlihat dari makin banyaknya komunitas teknologi dan startup yang mengusung misi sosial, termasuk di bidang pemanfaatan drone untuk pertanian berkelanjutan atau pemantauan lingkungan.
Dengan semua ini, kita melihat bahwa Generasi Z sedang menghadapi tantangan besar: bagaimana mencintai teknologi tapi tetap berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan. Mereka ingin menikmati inovasi tanpa harus menyetujui sisi gelapnya.
Jadi, apakah drone adalah simbol kemajuan atau ancaman? Jawabannya ada di tangan generasi muda. Jika mereka mampu mengarahkan teknologi ke arah yang lebih baik, maka masa depan bukan hanya canggih, tapi juga lebih beradab.
Komentar
Posting Komentar